Rabu, 21 Desember 2011

membekas dan tak terhapuskan. Ibu

Ada sebuah nama terukir di kerak bumi, dalam dan membekas. Sebuah nama yang menginspirasi dunia. Ribuan syair lagu dan puisi tercipta dari sosok ini. Dia adalah guru bagi manusia dan peradabannya. Sosok yang mulia dan disebut-sebut ada syurga ditelapak kakinya. Seseorang yang rela memberikan nyawanya untuk anak yang dilahirkannya. Seseorang yang bahkan bisa lebih garang dari singa jika anak dan keluarganya diusik. Demikian besar cintanya untuk keluarga, tidak terhitung pengorbanan dan kerja kerasnya untuk keluarga. Dialah ibu.


22 Desember, disebut-sebut sebagai hari ibu, hari dimana jasa ibu dikenang, hari dimana sebagian ibu didunia “dimanjakan”, hari dimana para bapak dan anak-anak bahu membahu mengambil alih “pekerjaan” ibu sehari-hari dirumah. Hari dimana ibu adalah ratu sehari. Dan benar saja hari ini hanya terjadi satu tahun sekali. Seorang ibu, walau demikian adanya, tetap melaksanakan tugasnya dihari-hari yang lain. Tetap dengan senyuman, tetap dengan maksimal dan tentu saja ikhlas.
Namun terkadang kita lupa, tidak semua ibu mendapatkan perilaku spesial dari keluarganya pada hari ini. beberapa ibu dimasa kini juga menjadi tulang punggung keluarga. Itu artinya banyak ibu dimasa kini menjalani peran ganda mendidik dan merawat anak-anaknya sekaligus bekerja menafkahi keluarganya. Banyak faktor yang melatarbelakangi fenomena ini. Faktor yang terkait erat tentu saja lemahnya perekonomian keluarga. Jika sudah demikian kian berat beban yang harus ditanggung ibu.

Maka dari itu seperti apapun sosok ibu kita, apakah dia seorang yang lemah lembut, atau seorang yang tegas, seorang yang “mampu” menunjukkan kasih sayangnya atau seorang yang kurang romantis tetap saja tidak layak jika kita dengan mudah menafikan usaha, kerja keras dan cinta ibu kita dalam mendidik dan membuat kita menjadi sesuatu dimasa kini. Juga tidak pantas kiranya jika nasehat-nasehat ibu kita tampik dengan semena-mena hanya karena kita berpikir kini kita telah dewasa.

Ibu, sesosok perempuan yang kelihatannya lemah, tetapi sesungguhnya kehebatan pria-pria di dunia muncul dari didikannya, muncul justru dari kelemahlembutannya. Ibu memiliki peran besar dalam perubahan dan perbaikan sebuah bangsa. Sebagaimana diutarakan Rasulullah Saw, Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Karakter sebuah bangsa adalah hasil didikan para ibu disana. Oleh karena itu, jika menginginkan perubahan dan peningkatan kebaikan pada sebuah bangsa, mindset atau pola pikir dan kebiasaan baik para ibu ataupun calon ibu harus dibentuk sedemikian rupa. Sungguh kita dapat melihat betapa besarnya arti dan peran ibu dari sini.

Anda para pembaca bisa jadi seorang pria muda yang enerjik, atau gadis muda yang ceria, atau ibu muda yang gesit, atau bapak muda yang bijak, bisa juga seorang bapak bagi anak-anak yang hebat dan membanggakan, dan bisa juga seorang ibu yang telah berhasil mendidik anak-anaknya, namun satu hal yang membuat kita sama yaitu kita lahir dari seorang ibu. Mari kita selalu mengenang jasa dan pengorbanannya, mengucapkan terimakasih dan selalu mendoakan ampunan serta kebaikan baginya, disetiap hari kita. Ibu... terimakasih, kami mencintaimu... selamat hari ibu....

Kamis, 15 Desember 2011

(benci maling dan oknum sampai sumsum tulang belakang)

Seperti status saya pagi ini, sumpah saya ga tau lagi apa gunanya lembaga negara yang satu ini. Apa gunanya menghabiskan duit negara membiayai pendidikan calon pegawai di lembaga yang satu ini. Sumpah apa gunanya mereka pakai seragam ketat2 itu dan dibekali pistol. Apa gunanya????!

Pagi ini saya mendengarkan radio sambil menyetrika baju. yang ada, saking geramnya setrikaan saya tinggal dan saya malah menuliskan kegeraman saya ini. Bagaimana tidak geram. Mendengar berita tentang pembantaian warga kabupaten Mesuji lampung oleh oknum kepolisian. Saya bingung gitu. Kekejian semacam ini masih ada di Indonesia. Ya Allah... petani singkong mempertahankan tanah adat malah disembelih! Dimana otak mereka para jagal keji itu???

kekesalan dan ketidakmengertian saya berlanjut dan membuncah. Saya jadi flashback ke kejadian beberapa bulan yang lalu, kejadian kehilangan laptop. Laptop saya dan juga laptop adek kos saya beberapa bulan sebelumnya. Saya bingung gitu. Lima tahun saya tinggal disini memang 2 tahun belakangan ini keadaan menjadi menggila. Kami seakan terancam dan tidak pernah hidup tenang. Seperti ada mata maling yang ditempelkan di pagar rumah kami, seperti ada CC-TV maling yang di pasang di ligkungan kami. Maling selalu mengancam. Ya Allah... tempat kami berlindung hanyalah Engkau (berkaca2 ingin menangis)

yang bikin saya lebih heran lagi, setiap kali kami melaporkan kejadian entah ke polsek atau polres (kalau perlu kepolri) yang ada kami yang disalahkan. Yang katanya teledor lah yang katanya kurang primpen lah, gak tau lah! Oke dalam beberapa hal kata2 ini mungkin benar. Tp tolong ditelaah kembali. Apa iya setiap kali ada orang kehilangan lalu itu karena teledor? Apa iya setiap kali ada maling beraksi dan berhasil itu juga salah yang kehilangan karena tidak waspada. Memarkir motor diteras depan dengan pagar tertutup, kunci ganda terpasang apa iya itu masih teledor?. Lalu akhirnya kami dipaksa menerima keadaan bahwa hal ini sudah takdir begitu? Atau ada lagi yang lebih tega bilang kami kurang shodaqoh, memangnya mereka tau kami shodaqoh atau tidak?. Well... ya ya, saya muslim dan saya percaya ini takdir, tapi tidak harus seperti itu terus paradigmanya. Itu sama dengan anda bertawakal tanpa ada usaha.

Itu belum cerita tentang arogansi mereka. Masuk rumah kami sepatu dipakai, masuk masjid juga ga lepas sepatu. Alasannya mau menyelidiki. Saya ingat betul kejadian saat saya “menumpang” mobil mereka untuk membuat laporan ke polsek. Didalam mobil kami masih ditanya2 lagi tentang kejadian kehilangan laptop dimaghrib yang syahdu itu. Padahal sudah dijelaskan berkali2 saat mereka memeriksa “TKP”. Yang ada adek kos yang juga kehilangan laptop dituduh2, tidak secara langsung tapi kata2nya menjerumus dan seperti mau menghakimi. Saya yang sudah muak duluan lihat dan ingat perilaku mereka selama ini ga bisa lagi bohong dan bermuka manis, saya jutekin mereka. Saya bentak balik juga. Emangnya saya ga bisa bentak po**si????!! Demo aja bisa! Saya gak takut!. Begitu pula di saat sampai dipolsek, “penyidik” yang lain nanya2, “apa? Kehilangan laptop LAGI? Biasa arek kos teledor, ga waspada” dan lain2 dan banyak lagi yang bikin saya muntab seketika. BUKAN TIDAK WASPADA DAN TELEDOR BAPAK! MALING INI SUDAH MENGANCAM LINGKUNGAN KAMI? DAN KEPOLISIAN SEHARUSNYA NGAPAIN?, SELAMA INI KALAU ADA KEHILANGAN MALINGNYA SUDAH PERNAH KETANGKAP PAK? SERING BANGGET LO PAK, BUKAN CUMA DIKOSAN KAMI. BAPAK KENAL SIAPA PENADAHNYA? DIDAERAH SINI PASTI ADA PAK PENADAHNYA? BAPAK TAU?BERAPA BANYAK MALING YANG SUDAH KETANGKAP PAK???? (dengan mata menyipit mulut meringis menghina gaya antagonis paling jahat disinetron paling memualkan ditivi), dan beliau yang terhormat hanya berkata, sambil memandang saya dengan tatapan yang aneh bertanya2 dan bingung, “yaa TUGAS kami adalah melakukan penyelidikan” (lalu kembali kekomputer dn mengetik data kami) WHATSS?? That’s all?? Gitu doang? Ngunu tok?

Biyuuuuhhh suwerrr harusnya saya bawa bonbon suaminya mommy (kucing dikontrakan kami) buat pipis ditembok kantor ini (!!). Kami lalu dijanjikan patroli setiap malam jam sepuluh. Alahhhhh PREEEETT, malam itu saja mereka sudah ga nampak. Sumpah saya pingin nge-garok mereka saat di kantornya. Asli wajahnya ga ada yang manis blas. Yang saya maksud adalah, kalaupun mereka tidak pandai menangkap maling, paling tidak bicaralah yang baik, kami ini korban seharusnya dihibur, walaupun mungkin kami akan kembali mbatin: PREEETTT.

Tag line mereka yang “melayani dan memberi rasa aman” saya rasa harus segera diganti; “membantai dan memberikan rasa terancam”. Oh well... disini siapa yang belum pernah deg deg an kalo ada po**si dipinggir jalan. Ga selalu tapi pasti pernah. Entah karna lupa ga bawa SIM atau mungkin spion ga lengkap, atau ga pake sabuk pengaman saat mengendara mobil, atau helmnya ga standar bukan karna nantangin tapi karna ga ada duit buat belinya?? Apapun alasannya anda pasti pernah mengalaminya. Jangan2 habis ini tulisan saya terkenal lalu saya juga dituntut mencemarkan nama baik lembaga ini (emang pernah punya nama baik??).

Well, mungkin disuatu kantor ada oknum yang masih punya nurani, entah dimana itu dan siapa namanya, yang pasti saya doakan agar dia tetap istiqomah dan dapat menjadi penggerak perubahan dilembaga ini, kalaupun tidak berubah ya bubar lah. Yang pasti, selama ini yang saya temui bentuk dan perilakunya begitu semua. Entahlah, apa masih ada gunanya...