Kamis, 17 Juni 2010

episode biru

bayangkan, bahkan aku sendiri tak bisa membayangkan. sejak kepergianku saat itu. aku tau ibu sangat rindu padaku. dan mungkin sering menangisi aku. tapi aku? hanya bisa membuatnya menangis. rindu itu. hanya berakhir dengan titik.

terakhir aku pulang ke rumah. sumpek. tema dari semuanya adalah pernikahan adikku. bukan aku tak rela ia mendahului. tapi kenapa wajah2 itu berubah menjadi wajah kasian ketika menatapku. what i have done? tidak ada yang salah dengan pernikahan adikku. aku punya target kehidupanku sendiri. hidupku ku atur sendiri. tapi ayah berusaha untuk segera mencarikanku. ibu pun menjadi sedih karnanya.

sungguh perpisahan bertahun2 dengan orang tua masih ingin ku tebus dengan pengabdian seorang baligh pada orang tuanya. aku masih ingin membersamai ayah dan ibu. salahkah?

lebih dari itu kejadian di rumah membuatku muntap. lebih baik kembali ke kampus. mungkin akan lebih baik, kendati kondisi ayah dan ibu yang sakit2an membuatku tetap tak tega kembali ke kampus. tapi aku harus kembali.

dibonceng ibu ke terminal. kami terpenjara diam. aku tau ibu dia2 mengusap air matanya. dan aku? melakukan hal yang sama. sampai naik bis, tak kuasa kupandang wajahnya. hingga aku cuma bisa mencium tangannya dan hilang ditelan kursi bis...

hingga kini aku belum bicara lagi dengannya. mengapa ibu tak menelponku?

aku yang salah. aku tau itu.

akhir2 ini biru....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar