Jumat, 18 Juni 2010

kaya vs miskin? mana yang bisa menjadi lebih berarti


Menakjubkan kehidupan manusia berjalan…. Dengan segala takdir dan jalan hidupnya, masing2 manusia mempunyai ceritanya sendiri. Kisah yang selalu saja menakjubkan kendati tidak di-novel-kan sperti masa kecil andrea hirata yang kemudian menjadi booming dan menginspirasi banyak orang.

Kisah seseorang dengan seseorang lainnya membuat hidup begitu misteri untuk ditebak dan diraba. Manusia hanya tau jika malam telah berlalu maka pagi mengantar tawaran untuk hidup yang baru, jika hari mulai tua malam menawarkan menu penutup hari itu.

Kontrakan kami dihuni 18 orang dengan latar belakang yang berbeda2 satu sama lain, tak ada yang persis sama kendati ada yang sedikit mirip. Tak semua dari kami beruntung seperti saya yang masih mempunyai dua orang tua yang lengkap (menurut saya, saya beruntung. Ada yang putri dari seorang PNS, ada yang ber-ibu penjual nasi, ada yang wiraswastawan dan lain-lain.

Ada yang dari Fisip, Fkip, Fe, Fs. Ada yang cokelat warna kulitnya, ada yang kuning langsat. Ada yang kuliah saja, ada yang sambil bekerja. Harmoni ini saya rasakan disetiap hari aktivitas saudara2 sekontrakan saya (mereka bukan sekedar teman kontrakan, lebih dari itu merekalah saudara saya).

Tempo hari saya leyeh2 di kamar sambil membaca dan menemani salah seorang saudara yang pinjam computer. Kami berdua kalau sudah ketemu memang tak bisa tahan diam. Akhirnya saya membuka percakapan.

“menakjubkan adek itu ya, dia itu seperti benar2 berjuang sendiri, bayangkan ia cuma punya seorang ibu yang berjualan nasi, kakaknya yang lelaki sedang sakit, kakaknya yang perempuan belum lulus kuliah, adeknya masih SMA dan diasendiri sekarang ambil cuti untuk bekerja, mengumpulkan koin demi koin untuk membayar SPPnya semester depan bahkan untuk dikirim ke ibunya…”

Masih saya lanjutkan dengan kisah lainnya “sama2 menakjubkan si dia adek yang lain, orang tuanya sih masih lengkap, bahkan dengar2 penghasilan satu bulannya masih jutaan, tapi… katanya terbelit rentenir, dan karenanya adek itu harus kuliah sambil bekerja juga, ketika dia pulang uang itu pun akan diberikannya pada ibunya, belum lagi pekerjaan rumah yang harus ia kerjakan kalau sedang pulang, merawat adeknya yang masih umur 3 tahun, sedang adeknya yang (harusnya) SMA itu cuma tau tidur saja”

Masih saya lanjutkan “lihat aku bu… kurang apa hidupku dikontrakan ini? Computer ada, motor punya, uang saku takperlu pusing memikirkan, kendati tidak banyak tapi aku tak harus sesak setiap bulan karena memikirkan akan kirim uang apa ayahku disana, betapa malunya aku bu, aku hanya begini2 saja, tidak berprestasi, tidak pintar, IP biasa saja walau juga tidak jelek sekali, masihlah diatas rata2, hanya saja aku biasa saja untuk ukuran mahasiswa yang beruntung yang kubilang di awal tadi”

Tema malam itu memang “keberuntungan hidup manusia”. Kemudian saudara saya yang sedari tadi diam mendengarkan ocehan saya akhirnya berkata juga “aku juga beruntung bu, kendati aku sudah tak punya ayah, tapi aku berkecukupan, aku juga masih bisa begini begitu, punya hape dan lain-lain”, saya tak sabar menyahut “iya bu, tapi tetap aku merasa aku masih lebih beruntung dari anti, lihat aku bu, aku malu sama anti…”. Saya pernah berkunjung kerumah saudara saya ini, dan memang kalau keberuntungan saya definisikan sebagai keadaan sperti saya dan orang lain yang mungkin lebih kaya orang tuanya maka dia kurang beruntung menurut saya.

Ini soal ujian hidup. Saya kemudian bertanya2 sambil tetap terkagum2, adek2 kontrakan yang saya ceritakan diatas, saudara saya yang saya bicarai itu juga adalah manusia2 hebat. Bagaimana tidak, di hidupnya yang menurut saya tidak lebih beruntung dari saya, diusia mereka yang masih muda ini, di masa2 yang mereka hadapi, saya jadi berpikir jika itu saya maka mungkin saya tak akan dapat bertahan di posisi itu. Saya mungkin sudah kalah duluan, mereka itu keren dan luar biasa menurut saya, dengan ujian (financial) seperti itu masih bisa memberi banyak dalam hidupnya. Mereka bahkan berani mendedikasikan hidupnya dijalan dakwah ini. Mereka bukan mahasiswa biasa, mereka bekerja sambil kuliah dan berdakwah, itu adalah predikat yang …luar biasa,,, sampai2 saya tidak bisa mengucapkan kata ini dengan nada biasa.

Saya jadi membandingkan dengan kehidupan saya yang menurut saya beruntung ini. Wallahua’lam tiba2 saya jadi bersedih, saya bilang pada saudara saya itu kalalu saya “minder… malu sama kalian, sepertinya aku ini tidak berguna sekali menajadi manusia, menjadi anak sholihah saja tidak bisa, buktinya sampai sekarang saja aku tidak punya prestasi yang betul2 gemilang, yang bisa buat ayah ibu bangga. aku ga punya ujian berarti dalam hidupku yang bisa membuatku kuat seperti kalian, yang bisa membuatku juga luar biasa seperti kalian. Apalah aku ini…”

“yo gak ngunu bu…anti yo di uji lah, masing2 manusia ki duwe ujiane dewe-dewe. Ujiane ente ki yo… keberuntungan yang dari tadi disebut2 itu”

“trus gini, kalu orang yang kubilang kurang beruntung itu menghadapi ujiannya dengan bertahan sekuat tenaga, dengan segala kekuatannya dengan segala azzamnya dengan segala potensinya. Trus aku cara bertahannya gimana kalu memang aku adalah orang yang diuji dengan keberuntungan”

“ya sama, caranya bertahan juga. Bertahan dalam kebenaran, bertahan untuk menjadi orang yang baik, bertahan untuk selalu memberi apa yang dipunya… kalau memang lebih ya diberikan…kan gitu…”

“hemmmhh….”

Lalu sepi…

saya memutar kembali memori-memori yang berserakan di otak saya. Rasanya, memang saya keterlaluan jika lupa bersyukur. Kendati masih sering bokek sebelum akhir bulan, kendati juga bukan mahasiswa anak orang tajir yang bias foya2 seenak udelnya sendiri, saya masihlah lebih beruntung dari yang lain. Ini soal duniawi tentu. Kebahagiaan hati saya belum bias menjamin menjadi orang yang paling beruntung dalam hal ini, tetapi setidaknya, saya merasa sangaaaat kaya dengan berkumpul bersama orang2 tercinta di kontrakan ini. Rumah lawas yang member berjuta-juta arti persaudaraan dan kebahagiaan berbagi cinta, senyum, tangis, marah, apapun.

Malam itu lewat obrolan ngalor ngidul di salsabila, saya belajar lagi tentang sesuatu. Sesuatu yang tak mungkin saya dapat di kelas Adminstrasi Negara saya.

Betapa kayanya saya, betap kayanya adek tingkat saya dan juga teman saya itu. Anda? Mau kaya juga? Yuk mari bergabung dengan kami… hehe itu juga kalu masih ada kamar yang kosong heee

Tidak ada komentar:

Posting Komentar